Rabu, 04 Juli 2012

Tugas Akhir Perancangan arsitektur I

ALL ABOUT MY STUDY '' ARCHITECTURE ''

Tugas Akhir Perancangan Arsitektur I


            
Tugas akhir UAS Perancangan Arsitektur I adalah Merancang sebuah bangunan Kounter Hp. Kounter Hp yang merupakan salah satu wujud fisik bentuk bangunan yang mampu mengetahui karakter strata sosial penghuninya, bentuk bangunan dan fumgsinya sekaligus karakter bentuk sangat tematik tematik dari lingkungan daerah Konter tersebut dibangun. Saya mendesain konter seperti ini karena saya terinspirasi dari melihat tata ruangan bangunan-bangunan konter yang ada di kota Malang. Dan juga bentuk yang sedikit minimalis manyerupai bentuk bangunan ruko-ruko jaman modern. Oleh karena itu supaya para pengunjung atau pembeli dapat membeli dengan nyaman maka Kounter Hp harus :

§  Memiliki ciri lingkungan real state yang mendukung sesuai dengan bentuk di wilayah bangunan tersebut dibangun

§  Memiliki ciri strata sosial bangunan yang sesuai dan dapat memberi tau bahwa bangunan tersebut adalah sebuah bangunan tempat penjualan Hp.dengan fungsi dan guna dari bangunan tersebut

§  Memiliki fungsi yang Lengkap baik dalam konteks kualitas maupun kuantitas yang bisa menyediakan fungsi dan guna dari bangunan tersebut.

§  Memiliki dampak positif terhadap arsitektural lingkungan di dalam perkotaan.
Bangunan Kounter Hp yang saya desain yakni rancangan sebagai berikut :

1. Pembeli : dapat menampung 4 – 8 orqng pembeli.
2. Kajian fungsi : study banding,aktivitas,fasilitas,dan tuntutan     

wadah
3. Olah tampak : kondisi dan potensi tapak/lingkungan
4. Olah bentuk : bentuk dan penampilan
5. Olah ruang : persyaratan ruang
6. Unsur estetika : komposisi, proporsi, skala, kesatuan, tekstur, warna

Kounter Hp yang saya desain, memiliki Fungsionalitas :

> Ruang istirahat  = 2.00 x 2,50 m2

> Ruang interaksi dengan penjual   = 3,50 x 4,50 m2 

> Km/WC          = 1,25 x 1,25 m2

Luas lahan/ tapak = 8,50 x 7,50 m2

Berikut adalah desain Kounter Hp yang telah dibuat yaitu :

*
Lay Out Plan


Gambar Lay Out Plan


ini adalah gambar set plan dari Kounter Hp

View dari gardu jaga ini menghadap ke depan jalan.

* Denah

Gambar Denah


Ini adalah gambar denah Kounter Hp yang saya gambar berskala

1 :50 

            Konsep dari denah ini akses jalannya berada tepat di depan, belakangnya bangunan-bangunan toko yang lain, dan sampingnya juga terdapat bangunan toko lain sebagainya. Kounter Hp ini berdiri di atas lahan seluas 7,50 x 8,50 m


Selanjutnya adalah gambar potongan dan tampak depan dan samping mengikuti denah yang ada.

* Tampak Depan Dan Samping


Gambar Tampak Depan Dan Samping

 

* Potongan


 Gambar Potongan

                   Gambar Potongan yang di minta adalah Potongan A-A dan Potongan B-B. Desain tampaknya akan disesuaikan dengan apa yang di dapat pada studi banding yang telah dilakukan sebelumnya, hanya perancangan desainnya yang di ganti menurut kreasi tersendiri.

 Nah selanjutnya yang akan saya tunjukan adalah lokasi tampak atas yang terdapat  gambar pada 

* Site Plan

  Gambar Site Plan


* Details Interior 1


  

Gambar Detail Interior

 

* Details Interior 2

 

  

Gambar Details Interior 2


* Details Arsitektur


 

Gambar Details Arsitektur


* Prespektif Mata Burung


   Gambar Prespektif Mata Burung


                     Inilah Tugas akhir SPA 1 saya saat saya mendapat sebuah ide dari inspirasi berpengalaman saya melihat berbagai  jenis bangunan. Hingga akhirnya saya dapat mendesain konter Hp tersebut nyaman strategis dan pengunjungpun menjadi kerasan membeli di tempat konter Hp yang telah saya desain. Terima kasih semoga pengalaman yang saya tulis ini bisa bermanfaat.   


Jumat, 29 Juni 2012

Arsitektural Candi Singosari


Perkenalkan nama saya Andreas saya adalah seorang mahasiswa di Universitas ITN  malang kali ini saya akan bercerita mengenai pengalaman menikmati nbyek arsitektur saya yang berada di bangunan Candi Singosari Malang. Candi Singosari adalah bangunan bersejarah yang dapat dikatakan bangun yang memiliki keindahan arsitektural.

“Dahulu saya pernah ke sana, ketika waktu SMK,” dulu saya pernah bermain ke sana dan mencoba untuk mengingat-ingat kembali, dan ingatan yang mucul tentang tempat ini banyak sekali yang saya ingat. Berbagai banyak hal yang aku lakukan disana, Rasanya yang ada adalah dapat terkagum dan membayangkan bagaimana dahulu kala pembuatannya Candi Singosari tersebut. Candi Singosari yang berdiri sangat unik ini dibangun tanpa menggunakan perekat seperti adanya semen yang dapat merekatkn batu batunya. Sungguh karya yang sangat luar biasa.

Ketika saya mendatangi bangunan ini pertama kali yang saya rasakan adalah saya seperti hidup di zaman kerajaan singosari dahulu kala. Karena di candi tersebut tidak ada yang berubah masih tetap sama sediakalanya. Candi ini terletak di desa Candi Renggo, Kecamatan Singosari, Kab Malang, Jawa Timur.

Memang dahulu Candi ini dibangun masih belum selesai dalam pengerjaannya tapi saya merasakan walaupun belum selesai hawa atau nuansa dari zaman singosari pada zaman itu masih ada dan masih terasa ketika saya berada dalam bangunan candi ini. Dan saya makin penasaran jika hanya melihat daru jauh, akhirnya saya masuk dan saya melihat sebuah ruangan-ruangan kecil disetiap sisi-sisi sudut Candi tersebut. Begitu saya sangat mengamati dan saya sangat terkagum dan sempat berfikir sebagaimana pengerjaan  bongkahan batu-batu ini pada jaman dahulu yang masih belum ada alat-alat tednologi canggih untuk mengatur desain bangunan tersebut. Ketika saya naik keatas candi saya melihat ruangan yang pertama yakni ruang  dibagian depan pintu candi dan menemui sebuah patung arca yang bernama Arca Resi Agastya.

Arca Resi Agastya

             Ketika saya berada dialam ruangan saya merasakan hawa yang dingin dan berbau dupa sesajen di dalam candi tersebut. Entah kenapa bau tersebut membuat saya takut dan tersasa sangat dingin dan menyeramkan. Padahal dindingnya itt menggunakan batu yang rapat dan tidak terdapat cela pada tumpukan batu tersebut.
             Itu ruang yang pertama yang saya masuki. setelah itu saya berjalan kesamping kanannya bangunan. disamping bangunan ada ruangan juga tetapi lebih kecil dari ruang yang pertama, ruang yang ini tidak ada apa-apa hanya seperti podium atau elevasi yang saya duduki di foto ini ,yang saya rasakan ketika diruang yang ini pengap, bau, kusam, seperti tidak terurus. Setelah ruang yang kedua saya berjalan ke belakang candi singosari

Candi Singosari



Patung Arca Dwarapala

Dalam kompleks Candi Singosari, ada satu nama patung yang saya ingat, yaitu patung Arca Dwarapala Yang berada sebelah barat Candi Singhasari (kurang lebih 50 Meter) terdapat dua arca besar yang mempunyai tinggi 3,7 Meter yang disebut sebagai penjaga atau lebih dikenal dengan Arca Dwarapala dari sebuah taman yang indah dan luas pada zaman kerajaan Singosari, yang mungkin mencakup Sumberawan untuk memasukinya pada jaman dahulu.
Saya melihat bahwa patung penjaga tersebut sangatlah besar. Dan saya merasakan betapa besarnya kerajaan tersebut senhingga begitu besar pembukaan gerbang dengan adanya dua patung di depan gerbang.
Hal ini didasarkan kebiasaan bahwa arca ini jaman dulu selalu diletakkan di gapura atau pintu masuk suatu kerajaan atau lokasi penting, sebagai perlambang perlindungan kepada kerajaan tersebut. Saya benar-benar seperti merasakan berada pada masajaman dahulu ketika saya berada di sana, melihat dan menikmati objek arsitektur candi tersebut.
Mengingat sampai saat ini situs atau reruntuhan kerajaan Singosari belum ditemukan. Saat ini disekitar arca atau lokasi disebelah barat itu hanya ditemukan reruntuhan-reuntuhan kecil atau tumpukan batu kuno.
Setelah berkeliling-keliling Candi Singosari yang tak kalah capeknya dengan berkeliling Prambanan, akhirnya saya dan teman-teman mencari makan siang dan minum es campur dipinggir jalan untuk melepas dahaga dan rasa lapar. Dan setelah itu kembali pulang ke rumah. Inilah sekilas perjalananku menapaki kekayaan sebuah Candi Singosari. Semoga pengalaman cerita menikmati objek arsitekturku bisa dinikmati juga oleh pembacanya Terima kasih ^.^




Kamis, 14 Juni 2012

bangunan indah






SP/Iwan Heriyanto
Atap gedung pertemuan berdesain Rumah Gadang di Jl Gayung Kebon Sari ini menjulang bak tanduk kerbau ‘menantang’ langit.
Arsitektur modern saat ini lebih berkiblat pada desain minimalis multifungsi. Bangunan yang cenderung simetris dengan aksen berbentuk balok minim lekuk makin menjamur di seantero Surabaya. Bahkan bila memilih tema klasik, banyak yang mengimplementasikan gaya Eropa. Walhasil, dalam hitungan puluhan tahun rumah tradisional negeri ini hanya akan menjadi cerita atau minimal hanya bisa dilihat di Taman Mini Indonesia Indah(TMII).
Padahal, pada arsitektur bangunan rumah tradisional, arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah, juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya. Kecintaan manusia pada cita rasa keindahan, bahkan sikap religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dengan gaya ini.
Saat ini pun di tengah belantara bangunan modern, hanya beberapa bangunan saja yang masih keukeuh  mengusung konsep tradisional. Etnik yang cantik ditampilkan untuk ‘menguri-uri’ budaya sekaligus menjadi daya tarik.
Sebut saja Rumah Gadang di  Jl Gayung Kebon Sari. Rumah Gadang disebut juga Rumah Godang bahkan masyarakat Minangkabau menyebutnya Rumah Bagonjong atau Rumah Baanjung. Di Sumatera Barat, umah Gadang digunakan sebagai tempat tinggal bersama.
Namun di Kota Pahlawan gaya rumah ini di adopsi untuk sebuah gedtng pertemuan. Tak hanya digunakan oleh orang berdarah Minang yang ada di Surabaya, seringkali masyarakat umum menyewanya untuk berbagai kegiatan. Mulai pernikahan,reuni hingga  acara sosial.
Rumah adat ini memiliki keunikan bentuk arsitektur dengan bentuk puncak atapnya runcing yang menyerupai tanduk kerbau dan dahulunya dibuat dari bahan ijuk yang dapat tahan sampai puluhan tahun namun belakangan atap rumah ini banyak berganti dengan atap seng.
Ada juga yang mengusung tema Bali style. Seperti tampak di salah satu ruang belajar di Pura Segara kawasan Kenjeran. Pada umumnya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan serta pemberian warna. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
Arsitektur Jawa kuno yaitu Rumah Joglo juga masih bisa ditemukan di Taman Budaya Cak Durasim. Joglo mencerminkan ketenangan dengan ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan di ruang per ruang.
Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.
Ada pula bangunan yang memilih atap alang-alang (ilalang) seperti di saalh stau restoran kawasan Citraland. Selain menarik mata jika cuaca sedang panas, atap ilalang mampu memunculkan hawa yang dingin di dalam ruang sehingga tetap terasa sejuk dan segar, dan sebaliknya.
Atap alang-alang sudah digunakan sejak dahulu kala diseluruh penjuru dunia, dari Eropa, Afrika, serta Asia. Kalau di Indonesia, rumah adat wilayah Indonesia Timur seperti Lombok dan Papua menggunakan atap ini.
Arsitektur tradisional China juga muncul di Surabaya dalam bentuk masjid, yaitu Masjid Chengho yang terletak di di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya atau 1.000 m utara Gedung Balaikota Surabaya. Arsitektur masjid menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma). Masjid ini didominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa China lama.
Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda. Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk sebagai pelengkap bangunan masjid